Asuhan Kala IV

A. Fisiologi Kala IV
Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah itu. Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan hal yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal. Segera setelah persalinan dapat terjadi peningkatan suhu badan, tetapi tidak lebih dari 38o C. Bila terjadi peningkatan melebihi 38o C berturut – turut selama 2 hari, kemungkinan terjadi infeksi.
Uterus yang menyelesaikan tugasnya, akan menjadi keras karena kontraksinya, sehingga terdapat penutupan pembuluh darah. Kontraksi uterus yang diikuti his disebut “nyeri ikutan” (after pain) terutama pada multipara. Masa puerperium diikuti pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat implantasi plasenta disebut lokia.

B. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut Tanda Vital, Kontraksi Uterus, Kandung Kemih dan Perineum.
1. Setelah lahirnya plasenta
a. Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi.
b. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakan jari tangan anda secara melintang antara pusat dan fundus uteri. Fundus uteri harus sejajar dengan pusat atau lebih bawah. Misalnya jika dua jari bisa diletakan dibawah pusat dan di atas fundus uteri maka disebut “dua jari di bawah pusat”.
c. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan.
d. Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya, apakah dari laserasi atau episiotomy).
e. Evaluasi keadaan umum ibu
2. Pencegahan infeksi
Setelah persalinan, dikontaminasi alat plastic, tempat tidur dan matras dengan larutan klorin 0,5 % kemudian bilas dengan deterjen dan air bersih. Jika sudah bersih keringkan dengan kain bersih supaya ibu tidak berbaring di atas matras yang basah. Dikontaminasi linen yang digunakan selama persalinan dalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian cuci segera dengan air dan deterjen.
3. Pemantauan keadaan ibu
Sebagian besar kejadian kesakitan dan kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan dan terjadi dalam empat jam pertama setelah kelahiran bayi. Karena alasan ini, penting sekali untuk memantau ibu secara ketat segera setelah tahapan atau kala persalinan diselesaikan. Jika tanda – tanda vital dan tonus uterus masih dalam batas normal selama dua jam pertama pascapersalinan, mungkin ibu tidak akan mengalami perdarahan pascapersalinan. Penting sekali untuk tetap berada di samping ibu dan bayinya selama 2 jam pertama pascapersalinan.

Selama 2 jam pertama pascapersalinan:
a. Pantau tekanan darah, nadi, tinggi fundus, kandung kemih dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.
b. Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan 30 menit dalam jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal, tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian.
c. Pantau temperature tubuh ibu satu kali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. Jika temperature tubuh meningkat, pantau lebih sering.
d. Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam jam kedua pada kala empat.
e. Ajarkan ibu dan keluarga bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus, juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.
f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk menggunakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, apakah duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar tubuh bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala tertutup baik kemudian berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
g. Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir (BBL).

Jangan anjurkan penggunaan kain pembabat perut selama dua jam pertama pascapersalinan atau hingga ibu sudah stabil. Kain pembabat perut menyulitkan penolong untuk menilai kondisi uterus ibu secara memadai.
Jika kandung kemih penuh bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan untuk mengosongkan kandung kemih setiap diperlukan. Ingatkan ibu bahwa keinginan untuk berkemih mungkin berbeda setelah dia melahirkan bayinya. Jika ibu tidak dapat berkemih, bantu ibu dengan cara menyiramkan air bersih dan hangat ke periniumnya. Berikan privasi atau masukan jari – jari ibu ke dalam air hangat untuk merangsang keinginan untuk berkemih secara spontan. Jika setelah tindakan – tindakan ini ibu tetap tidak dapat berkemih secara spontan, mungkin diperlukan tindakan kateterisasi. Jika kandung kemih penuh atau dapat dipalapsi, gunakan teknik aseptic pada saat memasukan kateter Nelaton DTT atau steril untung mengosongkan kandung kemih. Setelah mengosongkan kandung kemih, lakukan pemijatan uterus untuk merangsan uterus berkontraksi dengan lebih baik.
Sebelum meninggalkan ibu pastikan bahwa ibu bisa berkemih sendiri dan keluarganya mengetahui bagaimana cara menilai tonus dan perdarahan uterus. Ajarkan kepada mereka bagaimana mencari pertolongan jika ada tanda – tanda bahaya seperti:
 Demam
 Perdarahan aktif
 Bekuan darah yang banyak
 Bau dari vagina
 Pusing
 Lemas luar biasa
 Penyulit dalam menyusui
 Nyeri panggul atau abdomen yang lebih hebat dari kram uterus biasa.
4. Memeriksa perineum untuk perdarahan aktif
Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Laserasi diklasifikasikan berdasarkan luasnya robekan:
a. Derajat satu
Laserasi derajat satu mengenai mukosa vagina, fourchette posterior dan kulit perineum. Penjahitan tidak perlu dilakukan jika tidak ada perdarahan dan jika luka teraposisi secara alamiah.
b. Derajat dua
Laserasi derajat dua mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Perlu penjahitan dengan mengunakan teknik – teknik atau prosedur penjahitan.
c. Derajat tiga
Laserasi derajat tiga mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot – otot perineum dan otot spingter ani eksternal.
d. Derajat empat
Laserasi derajat empat mengenai mukosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot – otot perineum, otot spingter ani eksternal dan dinding rectum anterior. Jangan coba – coba menjahit laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.

Gambar 1: Derajat Laserasi Perineum

C. Memperkirakan Darah yang Hilang
Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atua urin dan mungkin terserap di handuk, kain atau sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat dengan menghitung sarung karena ukuran sarung bermacam – macam dan mungkin diganti jika terkena sedikit darah atau pada saat benar – benar basah oleh darah. Meletakan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan merupakan cerminan asuhan saying ibu; berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering selama kala empat dan menilai kehilangan darahnya denagan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus.

D. Pendokumentasian Kala IV
Dokumentasi merupakan suatu bagian penting dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan segera setelah asuhan diberikan dan penilaian dilakukan.
Ada beberapa bentuk format pendokumentasian yang dapat digunakan:
1. S O A P
Format SOAP umumnya digunakan untuk pemgkajian awal pasien.
S Subjective  Pernyataan atau keluhan dari pasien
O Objective  Data dari hasil observasi oleh bidan atau keluarga
A Analisys  Kesimpulan dari objective dan subjective
P Planning  Rencana tindakan yang akan dilakukan berdasarkan
analisis.
Contoh SOAP:
Tanggal Waktu Masalah S.O.A.P
03/03/2009 14.30 Gejala infeksi Rasa nyeri di vulva. Ibu menggil keluar cairan dari vagina dan berbau.
 Nadi lebih cepat (110 kali/menit atau lebih)
 Temperature tubuh diatas 38o C
 Kedinginan
Terjadi infeksi pada vulva
1. Baringkan miring kiri
2. Pasang infuse dengan mengunakan jarum (ukuran 16 atau 18) dan berikan Ringer Laktat atau NS (cairan garam fisiologis) 125 cc/jam
3. Berikan ampisilin 2gr atau amoksilin 2gr per oral
4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan asuhan gawat darurat obstetric
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan

2. Catatan asuhan dan temuan
Catatlah semua temuan selama kala empat persalinan di halaman belakang partograf.
Jam ke Waktu Tekanan darah (mmHg) Nadi
(per menit) Suhu
oC TFU Kontraksi uterus Kandung kemih Perdarahan
1.

2.

Gambar 2: Catatan Penilaian Selama Kala Empat

Tabel Indikasi – indikasi untuk Tindakan dan/atau Rujukan Segera Selama Persalinan Kala IV.
Penilaian Temuan dari Penelitian dan Pemeriksaan Rencana Asuhan atau Perawatan
 Nadi
 Tekanan darah
 Pernapasan
 Kesehatan dan kenyamanan secara keseluruhan
 Urin Tanda dan gejala syok :
 Nadi cepat, lemah (110x/menit atau lebih)
 Tekanan darah rendah (sistolik kurang dari 90 mmhg)
 Pucat
 Berkeringat atau dingin, kulit lembab
 Nafas cepat (>30x/menit)
 Cemas, kesadaran menurun atau tidak sadar
 Produksi urin sedikit (<30 ml/jam) 1. Baringkan miring kiri
2. Jika mungkin, naikkan kedua tungkai untuk meningkatkan curah darah ke jantung
3. Pasang infuse dengan menggunakan jarum (ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS. Infuskan 1L dalam 15 – 20 menit; jika mungkin infuskan 2L dalam waktu 1 jam pertama kemudian turunkan 125cc/jam
4. Segera rujuk ke fasilitas yang memeliki kemampuan gawat darurat obstetric dan BBL
5. Damping ibu ke tempat rujukan
 Nadi
 Urin
 Suhu tubuh Tanda atau gejala dehidrasi :
 Meningkatnya nadi (100x/menit atau lebih)
 Suhu tubuh di atas 38oC
 Urin pekat
 Produksi urin sedikit (<30cc/jam) 1. Anjurkan ibu untuk minum
2. Nilai ulang ibu setiap 15 menit selama 1 jam pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan
3. Jika kondisinya tidak membaik dalam waktu 1 jam, pasang infuse dengan menggunakan jarum ukuran 16/18 dan berikan RL/NS 125ml/jam
4. Jika suhu tubuh tetap tinggi, ikuti asuhan untuk infeksi
5. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawat darurat obstetric
6. Damping ibu ke tempat rujukan
 Nadi
 Suhu
 Cairan vagina
 Kesehatan dan kenyamanan secara umum
Tanda atau gejala infeksi :
 Nadi lebih cepat (100x/menit atau lebih)
 Suhu tubuh di atas 38oC
 Kedinginan
 Cairan vagina yang berbau busuk 1. Baringkan miring
2. Pasang infuse dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16/18) dan berikan RL atau NS 125ml/jam
3. Berikan ampisilin 2gr atau amoksilin 2gr per oral
4. Segera rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan gawat darurat obstetric
5. Damping ibu ke tempat rujukan
 Tekanan darah
 Urin Tanda atau gejala preeklampsi ringan:
 Tekanan darah diastolic 90 – 110 mmHg
 Proteinuria 1. Nilai ulang TD setiap 15 menit (pada saat beristirahat diantara kontraksi dan meneran)
2. Jika TD 110 mmHg atau lebih, pasang infuse dengan menggunakan jarum besar (ukuran 16/18) dan berikan RL/NS 125 ml/jam
3. Baringkan ibu miring ke kiri
4. Lihat penatalaksanaan preeklampsi berat
 Tekanan darah Tanda dan gejala preeklamsia berat atau elkamsia
 Tekanan darah systolic 110 mmHg atau lebih
 Tekanan darah diastolic 90 mmHg atau lebih
 Kejang 1. Baringkan miring kiri
2. Pasang infusedengan menggunakan jarum besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS 125 cc
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 gr MgSO4 20% IVselama 20 menit
4. Berikan MgSO4 50%10 gr, (5 gr IM pada masing-masing bokong)
5. Segera rujuk ibu kefaasilitas yang memiliki kemampuan obstetric dan BBL
 Tonus uteri
 Tinggi fundus Tanda dan gejala kandung kemih penuh
 Bagian bawah uterus sulit dipalpasi
 Tinggi fundus diatas pusat
 Uterus condong atau terrdorong kesatu sisi 1. Bantu ibu mengosongkan kandung kemihnya; kemudian masase uterus hingga berkontraksi baik
2. Jika ibu tidak dapat berkemih, katerisasi kandung kemihnya dengan dengan tehnik aseptic, kemudian masase uterus hingga berkontraksi dengan baik
3. Jika ibu mengalami perdarahan, ikuti langkah-langkah atonia uteri

Tinggalkan komentar